Jumat, 17 Maret 2017


Sampah merupakan permasalahan yang sangat pelik. Tidak hanya di kota, di desa, bahkan di sekolah pun menjadi masalah yang sulit ditangani. Sampai kapan pun permasalahan sampah akan tetap  ada. Selama  ada makhluk hidup, selama itu pula akan ada masalah sampah.  
Hasil riset Jenna R Jambeck dan kawan-kawan, menempatkan Indonesia sebagai negara kedua terbesar di dunia penyumbang sampah plastik ke laut. Sedangkan menurut Riset Greeneration, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun (Kompas,23 Januari 2016).
Mengatasi sampah bukanlah persoalan mudah. Berbagai kebijakan telah dilakukan.Bahkan di daerah-daerah tertentu, ada yang membuat peraturan daerah (perda) khusus perihal sampah. Nyatanya, hasilnya pun belum maksimal.
Akar utama masalah sampah  yakni,  mental dan mindset (pola pikir-pen) masyarakat akan sampah itu sendiri. Selama ini, sampah hanya  dianggap sebagai suatu sisa yang tak berguna. Selain itu, kesadaran akan bahaya sampah juga masih kurang. Banyak orang yang tahu tentang bahaya sampah. Namun mereka tidak sadar dan betul-betul peduli terhadap sampah
Mengatasi masalah sampah, berarti masalah bagaimana merubah mental dan mindset masyarakat tentang sampah. Untuk merubah mental dan mindset itu,  tentu membutuhkan waktu yang lama. Sekolah sebagai tempat pendidikan merupakan lingkungan yang paling tepat untuk inkubator (penggodokan-pen) pembentukan mental dan mindset itu 
Banyak cara yang dapat diterapkan Sekolah untuk membentuk mental dan mindset peduli sampah. Diantaranya, yakni dengan memasukan materi lingkungan hidup kedalam mata pelajaran, mengadakan ekstrakurikuler tentang lingkungan, ataupun membentuk bank sampah sekolah
Cara yang disebutkan terakhir, meskipun merupakan inovasi baru. Namun, di beberapa sekolah saat ini menjadi trend. Karena, keberadaan bank sampah dapat menjadi solusi efektif untuk pengelolaan sampah.
Bank sampah , merupakan sistem pengelolaan sampah  yang manajemennya mengadopsi sistem perbankan Dimana, sampah yang selama ini dibuang, kini justeru ditabung. Saldo tabungan sampah, nantinya dapat ditukarkan. Baik dengan uang, barang, ataupun jasa tertentu, sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan sampahnya sendiri, oleh pihak bank sampah dapat dijual, ataupun didaur ulang 
Melalui Bank sampah sekolah, warga sekolah, baik itu Siswa, guru, maupun karyawan diajak untuk terbiasa peduli dengan sampah. Sampah-sampah yang ada disekitarnya, tidak lagi mereka buang. Melainkan mereka pilah, simpan, tabung dan manfaatkan. 
Penulis meyakini, jika kebiasaan ini bisa dimulai pada level pendidikan yang paling dasar, kedepan Sampah bukan lagi masalah. Sebaliknya justeru menjadi berkah.
Oleh karenanya, marii kita galakan semangat, “Yuk nabung sampah” 
Oleh: Drs Sukirno

0 komentar:

Posting Komentar

Terbanyak Dibaca